Kenali 5 Masalah Kesehatan yang Dialami Tubuh saat Berpuasa dan Cara Mengatasinya

Kecemedia.unesa.ac.id, Surabaya - Tantangan dalam berpuasa bukan hanya sekadar menahan lapar dan haus, tetapi juga membiasakan tubuh untuk beradaptasi dengan perubahan pola makan dalam menjaga metabolisme. Jika biasanya tubuh mendapatkan energi secara berkala sepanjang hari, saat berpuasa tubuh harus mengandalkan cadangan energi yang tersimpan untuk tetap berfungsi dengan baik.
Di sisi lain, puasa memiliki berbagai manfaat kesehatan yang sangat baik untuk tubuh. Berdasarkan The New England Journal of Medicine, puasa dapat meningkatkan sensitivitas insulin, mengurangi peradangan, serta membantu proses detoksifikasi alami tubuh. Namun, jika tidak diseimbangi dengan pola makan yang baik, tubuh akan mengalami berbagai gangguan kesehatan.
Bagi mahasiswa, terutama yang hidup jauh dari keluarga, tantangan berpuasa bisa menjadi lebih berat. Pola makan yang tidak teratur, konsumsi makanan cepat saji, serta kurangnya perhatian terhadap hidrasi dan nutrisi sering kali memperburuk kondisi tubuh selama puasa. Oleh karena itu, penting untuk memahami berbagai perubahan yang terjadi dalam tubuh saat puasa dan bagaimana cara mengatasinya. Berikut ini lima kondisi tubuh saat berpuasa dan solusinya
Asam Lambung atau GERD
Salah satu masalah pencernaan yang sering muncul saat berpuasa adalah meningkatnya asam lambung. Hal tersebut karena meskipun tidak ada makanan yang masuk, lambung akan tetap memproduksi asam dengan jumlah yang banyak. Akibatnya terjadilah iritasi pada dinding lambung dan menimbulkan gejala seperti perut perih, heartburn (sensasi terbakar di dada), hingga rasa asam di tenggorokan.
Banyak dari mahasiswa yang juga mengalami kondisi ini saat berpuasa, telat bangun sahur atau bahkan melewatkan sahur, mengakibatkan risiko asam lambung naik menjadi lebih tinggi. Kebiasaan mengonsumsi makanan pedas, berlemak, serta kopi atau teh saat berbuka dan sahur juga dapat memperburuk kondisi ini. Hal tersebut dapat diatasi dengan cara berikut, antara lain:
Menghindari makanan yang dapat menyebabkan lambung luka seperti makanan pedas, gorengan, dan minuman berkafein.
Mencegah diri untuk langsung tidur setelah sahur, berilah jeda minimal 1-2 jam agar makanan dapat dicerna dengan baik.
Konsumsilah suplemen dan makanan sehat seperti probiotik dari yogurt untuk menjaga keseimbangan pencernaan usus dan menyehatkan lambung.
Sembelit atau Susah BAB
Gangguan pencernaan lain yang sering terjadi saat puasa adalah sembelit atau sulit buang air besar. Hal ini biasanya disebabkan oleh kurangnya asupan serat dan cairan. Selain itu, perubahan pola makan yang berubah drastis juga membuat tubuh tidak memiliki ritme pencernaan yang teratur. Berdasarkan penelitian British Journal of Nutrition tahun 2021, selama bulan Ramadhan, sekitar 35-40% orang mengalami sembelit akibat perubahan pola makan dan kurangnya konsumsi serat.
Banyak dari mahasiswa yang lebih memilih makanan cepat saji dan makanan yang praktis seperti frozen food dibandingkan makanan yang sehat seperti sayur-sayuran maupun buah-buahan. Selain itu, mahasiswa yang hanya mengonsumsi makanan berkarbohidrat tinggi tanpa memperhatikan asupan sera, mengakibatkan sistem pencernaan menjadi terganggu. Hal tersebut dapat diatasi dengan cara berikut, antara lain:
Menghindari makanan olahan dan gorengan yang dapat memperlambat proses pencernaan.
Perbanyaklah mengonsumsi makanan berserat, seperti sayuran, buah-buahan, biji-bijian, dan lain sebagainya
Tetaplah aktif untuk bergerak seperti berjalan kaki untuk melancarkan pencernaan.
Dehidrasi
Dehidrasi menjadi salah satu kondisi tubuh paling umum yang dirasakan saat berpuasa. Terbatasnya asupan cairan yang hanya pada waktu sahur dan berbuka, mengakibatkan tubuh kehilangan terlalu banyak cairan tanpa asupan yang cukup. Hal ini bisa memicu gejala seperti pusing, lemas, sakit kepala, dan penurunan konsentrasi.
Bagi mahasiswa yang harus tetap aktif berkuliah atau bekerja sambil berpuasa, kurangnya hidrasi bisa berdampak pada penurunan performa kognitif. Studi dalam British Journal of Nutrition menunjukkan bahwa dehidrasi dapat menyebabkan gangguan fungsi otak, mengurangi daya ingat, serta meningkatkan rasa lelah. Hal tersebut dapat diatasi dengan cara berikut, antara lain:
Tetap minum 2 liter air yaitu dengan mengikuti pola minum 4-2-2, yaitu 4 gelas air setelah berbuka, 2 gelas saat sahur, dan 2 gelas sebelum tidur untuk menjaga hidrasi optimal.
Sering-seringlah untuk mengonsumsi makanan tinggi kandungan air seperti semangka, mentimun, dan jeruk.
Hindari minuman berkafein atau tinggi gula yang dapat meningkatkan risiko kehilangan cairan melalui urine.
Sering Buang Air Kecil
Sering ingin ke kamar mandi setelah sahur atau berbuka adalah fenomena yang umum terjadi saat puasa. Hal ini biasanya terjadi karena konsumsi cairan dalam jumlah besar dalam satu waktu, yang membuat ginjal bekerja lebih keras untuk mengeluarkan kelebihan cairan. Selain itu, suhu lingkungan yang lebih dingin juga bisa menyebabkan tubuh mengurangi produksi keringat dan meningkatkan ekskresi urine. Masalah ini bisa berdampak pada hilangnya elektrolit penting seperti natrium dan kalium, yang berisiko menyebabkan kelelahan, kram otot, dan pusing.
Mahasiswa sering terganggu jam tidurnya karena harus sering berkali-kali ke kamar mandi. Apalagi jika memiliki jadwal kelas yang pagi, namun tubuh harus tetap terjaga karena keinginan untuk buang air kecil secara terus menerus. Hal tersebut dapat diatasi dengan cara berikut, antara lain:
Hindari minum air dalam jumlah besar sekaligus, sebaiknya minum sedikit demi sedikit secara bertahap sepanjang malam.
Perbanyak makanan yang mengandung elektrolit alami, seperti pisang (kaya kalium) dan air kelapa (mengandung natrium dan magnesium).
Batasi konsumsi minuman manis seperti teh dan kopi, terutama saat sahur, untuk mencegah efek diuretik yang berlebihan.
Bau Mulut dan Sakit Tenggorokan
Saat berpuasa, produksi air liur berkurang karena tidak adanya asupan makanan dan minuman dalam waktu lama. Akibatnya, mulut menjadi lebih kering dan bakteri berkembang lebih cepat, yang dapat menyebabkan bau mulut (halitosis) dan iritasi pada tenggorokan. Bakteri tersebut dapat berkembang dan mengganggu anggota tubuh yang lain seperti bibir pecah-pecah, radang tenggorokan, hingga sariawan.
Mahasiswa yang memiliki kebiasaan mengonsumsi makanan berminyak, gorengan, atau minuman dingin saat sahur dan berbuka menambah tingkat perkembangan bakteri yang juga memicu peradangan tenggorokan. Hal tersebut dapat diatasi dengan cara berikut, antara lain:
Sikat gigi dan lidah secara teratur, terutama setelah sahur dan sebelum tidur.
Gunakan obat kumur bebas alkohol atau berkumur dengan air garam untuk membantu mengurangi bakteri penyebab bau mulut.
Hindari makanan berminyak dan makanan dengan aroma yang menyengat seperti bawang, jengkol, dan lain-lain.
Pada dasarnya berpuasa memiliki banyak manfaat untuk kesehatan tubuh, namun hal tersebut juga perlu untuk didukung dengan pola makan yang baik, berolahraga, dan istirahat dengan cukup.
Dengan memahami perubahan dan adaptasi kondisi yang terjadi dalam tubuh kita, puasa yang akan dijalani nanti akan menjadi lebih sehat dan nyaman. Maka dari itu, pastikan kalian untuk selalu memperhatikan pola makan, tetap terhidrasi, dan menjaga gaya hidup, ya! sehingga bulan Ramadhan ini dapat menjalankan puasa dengan sehat dan bugar.
***
#bukabersama #ramadan #RumahParaJuara #2025 #UNESA #WorldClassUniversity #UNESASatuLangkahDiDepan #BersamaBisaBekerjasama #IndonesiaEmas2045 #UnityInDiversity
Penulis: Debrina Putri Fauzi
Foto : Envato
Share It On: